Thursday, September 27, 2007

PENGARUH JARAK SUMUR DAN PENGOLAHAN TERHADAP KADAR NITRAT (NO3-) AIR SUMUR DAN KADAR NITRAT (NO3-) DALAM DARAH PENDUDUK

ABSTRACT
INFLUENCE OF WELL DISTANCE AND TREATMENT
TO CONCENTRATION OF NITRATE (NO3-) IN WELL WATER AND
NITRATE (NO3-) IN RESIDENTS BLOOD


Adistya Prameswari., S.Pi., M.Kes


Agriculture is an activity that involve a lot of people living. So, it is difficult to reduce and prevent it. According to the statement, it need a management, especially in settlement to reduce the potential risk within. Agriculture always claimed as a contamination source. One of the pollutant is Nitrate (NO3-). Great amount of Nitrate concentration will soaks into the ground and pollute well water. People who drink from well water with high nitrate concentration will get health disturbance. Nitrate will change 6% into Nitrite (NO2-) in human body, nitrite is one of carcinogenic substance.
From the result, there were differenced of nitrate concentration average between all distance. There were differenced of well distance with concentration nitrate in blood. Normal value of Nitrate in human blood is under 100 μg/l (WHO).
According to the result, there were no influenced of well distance to treatment water. There were influenced of treatment system with treatment water. There were interaction influenced of between well distance and treatment system with nitrate concentration in treatment water. The results shown there were no influenced of well distance and nitrate in housewife blood. Whereas, there were no influenced of treatment and nitrate in blood. From the result shown there are no interaction influenced of well distance and water treatment with nitrate in housewife blood.
The research conclusions are that well with more distance from agriculture, can give lower nitrate concentration in well water. The treatment will influence of the nitrate concentration in well water. Whereas didn’t influence of nitrate in housewife serum blood by it. There were many factors could influence of nitrate in human serum blood. Suggestion to the important thing is give a management to control nitrate contamination in agriculture area use disease management base on area. It can be minimize potential risk of nitrate toxicity.


Key words : blood, nitrate, treatment, water, well distance
PENDAHULUAN

Lahan pertanian merupakan kegiatan yang menyangkut hajat hidup orang banyak, maka tidak mudah untuk mengurangi dan mencegah lahan melakukan kegiatan budidaya. Lahan pertanian diduga sebagai salah satu sumber pencemaran. Salah satu bahan pencemar yang berasal dari pupuk kimia adalah nitrat. Nitrat yang berlebih akan masuk ke dalam air sumur penduduk melalui air sungai.
Pengkonsumsian air sumur dengan kadar nitrat tinggi, akan menimbulkan beberapa gangguan kesehatan seperti gondok, methemoglobinemia, dan sebagainya. Nitrat yang masuk ke dalam tubuh, 6% akan direduksi menjadi nitrit yang bersifat karsinogenik. Kesehatan masyarakat petani, baik sebagai modal awal untuk bekerja maupun risiko pada saat bekerja, harus dikelola dengan baik untuk mendukung produktivitas dari wilayah.
Penduduk desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari menggunakan air sumur, termasuk untuk makan dan minum. Pada penelitian pendahuluan, diketahui bahwa kadar nitrat air sumur penduduk adalah 50 + 10 mg/l dapat dilihat pada Tabel 1. Batas normal kadar nitrat pada air bersih menurut Permenkes no. 416/1990 adalah sebesar 50 mg/l, dan pada air minum adalah sebesar 10mg/l (WHO).
Nitrat tidak bisa dihilangkan dengan cara perebusan. Pengolahan nitrat yang biasa dilakukan adalah menggunakan sistem ion exchange, reverse osmosis, demineralisasi dan pencampuran. Pengolahan tersebut membutuhkan biaya yang besar. Pengurangan nitrat dalam air dapat dilakukan juga dengan menambahkan granule sebagai filtrasi, dimana penggunaannya bisa bersamaan dengan saringan pasir sederhana. Pengolahan dengan menggunakan granule lebih ekonomis karena penggantian hanya dilakukan setiap 1 tahun. Pengolahan dengan granule dapat terjangkau bagi penduduk berpendapatan menengah ke bawah.
Kontaminasi nitrat pada air sumur ditengarai juga disebabkan jarak antara sumur sebagai penyedia air bersih dengan sawah (sebagai sumber kontaminasi) yang terlalu dekat. Menurut Glanville (1993) jarak antara sumur sebagai penyedia air bersih dan sawah yang direkomendasikan adalah minimum 150 feet, yaitu sekitar 50 meter radius nitrat yang terbawa aliran air tanah mencapai 30 feet hingga 500 feet, yaitu sejauh 10 sampai dengan >150 meter tergantung jumlah konsentrasi nitrat yang mencemari, jenis dan porositas dari tanah.
Dengan demikian tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh jarak sumur dan pengolahan air terhadap kadar nitrat air sumur penduduk kawasan pertanian padi desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.





Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:



  1. Mengetahui kadar nitrat (NO3-) pada air sungai limpasan buangan sawah.


  2. Mengidentifikasi kadar nitrat (NO3-) pada air sumur dengan jarak 0-50 m, 50-100m dan 100-150 m dari sawah.


  3. Mengidentifikasi kadar nitrat (NO3-) dalam darah (serum) pengkonsumsi.


  4. Mengkaji pengaruh jarak sumur dengan sawah dan pengolahannya terhadap kadar nitrat air (NO3-) resapan sumur.


  5. Mengkaji pengaruh kadar nitrat (NO3-) air sumur terhadap kadar nitrat (NO3-) dalam darah pengkonsumsi.


  6. Merancang manajemen pengendalian pencemaran nitrat (NO3-) pada kawasan pertanian.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian experimental. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi perbedaan :



  1. Jarak sumur dengan lahan, dibedakan menjadi 3 yaitu 0-50 meter (dekat), 50-100 meter (sedang) dan 100-150 meter (jauh).


  2. Sedangkan pengolahan air, dibedakan menjadi 3 yaitu:



  • Perlakuan 1, tanpa pengolahan.


  • Perlakuan 2, Granule, merupakan bahan yang digunakan untuk pengolahan air bersih ke 2, yaitu: (a)Merk: Nitrate Minus, (b)Produksi: Tetra,(c)Kemasan: 25 gram, (d)Dosis : 8 gram/ 10 liter air


  • Perlakuan 3, saringan pasir sederhana, digunakan bersamaan dengan penggunaan Granule untuk metode pengolahan air besih yang ke 3 terdiri dari: (a)Wadah, berupa ember Plastik ukuran 20 liter, (b)Kran Air, (c)Bahan penyusun: (1) Pecahan Genting 4 bagian (2) Pasir 1 bagian (3) Ijuk 1 bagian (4) Kerikil 1 bagian

Sampel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:



  1. Air, yang berasal sumur penduduk yang memiliki jarak 0-50 m, 50-100 m, dan 100-150 m dari lahan budidaya pertanian di desa Gandukepuh kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo.


  2. Individu, adalah penduduk yang mengkonsumsi air minum asal sumur dengan kriteria bangunan sumur tersebut diatas, dimana sampel individu adalah ibu rumah tangga yang berusia 20-35 tahun.

Besar sampel air diambil menggunakan teknik Cluster Random Sampling dari sejumlah 3 sumur penduduk pada setiap kelompok jarak sumur dengan lahan pertanian yaitu 0-50 m, 50-100 m dan 100-150 m. Total sumur sebesar 27 sumur, sampel individu diambil secara acak sebanyak 27 orang.
Cara pengumpulan data pada penelitian dengan melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel yang ada seperti
1. Kadar nitrat pada air bersih asal sumur sebelum dan sesudah pengolahan.
2. Kadar nitrat dalam darah pengkonsumsi air sumur
Sampel dikumpulkan kemudian dianalisis di laboratorium. Pengumpulan data pendukung dengan metode kuesioner terhadap penduduk pengguna dan pengkonsumsi air minum asal sumur. Data sekunder didapat dari institusi terkait seperti: Kelurahan dan Puskesmas.
Data yang diperoleh diolah dengan komputer dan dianalisis dengan paket program statistik. Dilakukan eksplorasi data dengan membuat distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel, dan disajikan dalam bentuk tabulasi. Uji Anova satu faktor dilakukan guna mengetahui pengaruh jarak sumur dengan kadar nitrat air bersih asal sumur. Uji Anova satu faktor juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara kadar nitrat air bersih asal sumur dengan kadar nitrat dalam darah pengkonsumsi. Kemudian untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara jarak sumur berlainan dengan kadar nitrat air bersih asal sumur dilakukan uji HSD Tukey. Uji HSD Tukey, juga dilakukan untuk membedakan rata-rata kadar nitrat darah pengkonsumsi air bersih asal sumur dengan jarak yang berlainan.
Untuk mengetahui pengaruh jarak sumur dan pengolahan air terhadap kadar nitrat air bersih hasil olahan, dilakukan uji Anova Multi Faktor. Selain itu, untuk mengetahui pengaruh antara jarak sumur dan pengolahan air terhadap kadar nitrat dalam darah pengkonsumsi air minum hasil pengolahan, dengan menggunakan uji Anova Multi Faktor. Dengan tingkat signifikansi 0,05, untuk tiap pengujian yang dilakukan.

HASIL DAN ANALISIS
1. Kadar Nitrat pada Air SumurPada perairan yang menerima limpasan air dari lahan pertanian mampu mencapai 1000 mg/liter (Effendi, 2003). Kadar nitrat air sumur pada penelitian ini, untuk kelompok sumur dengan jarak yang terdekat (0-50 meter) adalah 54,16 + 42,34 mg/l, kadar nitrat air pada jarak sumur sedang (50-100) adalah 25,40 + 17,17mg/l sedang pada jarak sumur terjauh dari sawah, kadar nitrat air adalah 8.72 + 0.15 mg/l. Batas normal nitrat pada air bersih adalah 50mg/l (Permenkes 416/1990), sedangkan pada air minum sebesar 10 mg/l (WHO).
Berdasarkan uji beda nyata jujur (HSD) Tukey, terdapat perbedaan rata-rata kadar nitrat dari 3 jarak tersebut terlihat bahwa semakin jauh letak sumur dengan sawah, maka semakin kecil kadar nitrat yang terdapat dalam sumur tersebut.

2. Pengolahan Kadar Nitrat Air SumurPengurangan kadar nitrat pada air dengan cara memasak tidak mampu. Pengolahan yang sering dilakukan adalah dengan metode Ion Exchange, Reverse Osmosis, Demineralisasi dan Pengenceran.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian metode pengolahan pada air yang tercemar nitrat, yaitu dengan menggunakan granule dan saringan pasir dari uji coba tersebut, ternyata diketahui bahwa pengolahan yang dilakukan memberi pengaruh yang signifikan terhadap kadar nitrat air. Penurunan kadar nitrat pada air kontrol (tanpa olah) memiliki rata-rata sebesar 4,93%, sedangkan pada penggunaan granule mencapai 24,61%, untuk sistem pengolahan granule yang ditambah dengan saringan rata-rata penurunannya sebesar 22,31%.
Pengolahan dengan menggunakan Granule saja mampu memberikan penurunan sebesar 24,61%, sehingga dosis yang diberikan untuk wilayah penelitian belum dinilai cukup untuk penggunaan sebagai air minum. Kadar nitrat air hasil olah dengan granule didapatkan rata-rata 35,71 + 5,01 mg/l, dimana nilai yang didapatkan masih dalam NAB (nilai ambang batas) untuk air bersih yang ditetapkan pemerintah sesuai dengan Permenkes 416/1990, maksimum sebesar 50 mg/l. Penggunaan sebagai air minum, masih melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan, yaitu 10mg/l (WHO).

3. Kadar Nitrat DarahKadar nitrat darah (pre) pengkonsumsi air sumur dengan jarak terdekat adalah 126,29 + 74,51 μg/l, pada kelompok pengkonsumsi air sumur dengan jarak sedang adalah 79,35 + 64,39 μg/l dan pada kelompok dengan jarak sumur terjauh dari sawah adalah 81,04 + 67,08 μg/l. Batas normal kandungan nitrat darah menurut WHO adalah dibawah 100 μg/l, berarti pada kelompok jarak terdekat kadar nitrat darah termasuk tinggi. Tapi pada kelompok jarak yang lainnya kadar nitrat tidak tinggi.
Sebanyak 3 dari 27 responden memiliki kadar nitrat diatas 100 μg/l. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat ditarik suatu pernyataan bahwa 11,11% dari penduduk telah mengalami keracunan. Penduduk yang mengalami keracunan nitrat adalah 3 dari 9 penduduk yang memiliki dan mengkonsumsi air sumur dengan jarak yang terdekat dari sawah.
Sedangkan kadar nitrat darah setelah pengkonsumsian air olahan tidak menunjukkan perubahan/pengurangan yang signifikan. Secara pengujian statistik dapat dilihat, bahwa kadar nitrat darah (post) sama sekali tidak dipengaruhi oleh jarak maupun pengolahan air yang dilakukan.
Tinggi kadar nitrat dalam darah penduduk dapat dipengaruhi oleh karakteristik penduduk itu sendiri, misal dari parameter lama tinggal, semakin lama mereka tinggal di daerah ini, maka sistem imun/detoksifikasi alamiah tubuhnya untuk nitrat sudah sangat tinggi, sehingga kadar nitrat besar tidak menimbulkan masalah pada kesehatannya. Parameter lainnya adalah dari volume penggunaan air sebagai air minum, semakin banyak penduduk mengkonsumsi maka semakin besar risiko keracunan nitrat. Hal yang lain, adanya sumber kontaminasi lain selain sawah. Secara statistik, tidak terdapat pengaruh jarak sawah dengan kadar nitrat darah, sehingga sangat memungkinkan bahwa penduduk mendapat kontaminasi dari sumber lain, yang tidak dipredeksikan pada penelitian kali ini.

4. Manajemen Pengendalian Pencemaran Nitrat pada Air Minum Penduduk Kawasan PertanianDalam dunia kesehatan, faktor risiko ataupun gejala yang merugikan kesehatan manusia yang timbul, walaupun hanya sedikit atau minoritas, perlu dipikirkan dengan baik usaha pencegahannya/preventif, karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan derajat kesehatan penduduk kawasan pertanian pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, air sumur yang akan digunakan untuk air minum tercemar nitrat yang berasal dari resapan air atau limpasan dari persawahan yang menggunakan pupuk dengan kandungan nitrat. Disisi lain, untuk menghentikan kegiatan pertanian yang ada di desa tersebut sangat tidak memungkinkan, karena mayoritas masyarakat mendapatkan penghasilan dari rangkaian kegiatan pertanian.
Mengacu pada manajemen penyakit berbasis wilayah/kawasan, maka untuk mengendalikan dan mengelola pencemaran nitrat yang terdapat di wilayah pertanian, maka perlu dijabarkan dalam suatu rangkaian mata rantai pencemaran kemudian disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk menghilangkan risiko teracuni nitrat yang akan mengganggu kesehatan masyarakat dalam satu wilayah, dalam hal ini wilayah pertanian, maka diperlukan serangkaian upaya yang terarah dan terintegrasi. Hal ini dapat dilakukan oleh semua lapisan komponen dalam wilayah, termasuk didalamnya tenaga sanitasi, unit pelayanan swasta, Puskesmas, Dinas Kimpraswil, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perairan dan dinas-dinas atau institusi terkait lainnya.
Semua komponen tersebut pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang memiliki output yang sama. Yakni, masyarakat bebas penyakit dan gangguan kesehatan, untuk mencapai kualitas sumber daya manusia yang prima.

5. Komponen PelaksanaMenurut Achmadi (2005), dalam wilayah administratif kabupaten/kota, komponen pelaksana dikategorikan menjadi 2 komponen, yaitu komponen inti yang menjadi penggerak, memiliki tanggung jawab utama bidang kesehatan dalam sistem pemerintahan. Komponen yang berikutnya, adalah yang memiliki tanggung jawab utama bidang non-kesehatan, namun memiliki keterkaitan erat khususnya dalam pengendali risiko kesehatan.

6. Pelaksanaan berdasarkan Jangka WaktunyaAdapun manajemen yang dapat diterapkan pada wilayah/kawasan pertanian, dibagi menjadi 2 berdasarkan jangka waktu pelaksanaannya, sebagai berikut:
1. Manajemen pengendalian jangka pendek
1. Sosialisasi dan pembelajaran masyarakat oleh dinas kesehatan dan dinas lain yang terkait.
a. Pengetahuan tentang sumber-sumber yang memberikan kontribusi pencemaran air sumur oleh nitrat.
b. Pembelajaran tentang dampak keracunan nitrat.
c. Pembelajaran terhadap masyarakat tentang bangunan penyediaan air bersih yang ideal dalam jarak, jenis, bahan dan lain-lain.
d. Proses pembelajaran kepada masyarakat tentang pengolahan air
2. Manajemen pengendalian jangka panjang, terdiri dari:
1. Pengendalian pada kegiatan pertanian, mencakup:



  1. Proses perencanaan pada penggunaan pupuk dengan kandungan nitrogen hendaknya harus memperhatikan jenis, perbandingan volume, momentum pemberian pupuk harus sesuai


  2. Scheduling pola bercocok tanam

2. Penataan ruang dan penggunaan wilayah oleh dinas kimpraswil.
3. Pengadaan pengolahan air minum secara komunal
4. Monitoring kualitas air sungai dan air sumur,

Manajemen pengendalian ini bertujuan untuk menciptakan iklim dan lingkungan masyarakat kawasan pertanian yang sehat dan makmur. Dengan tubuh yang sehat, maka masyarakat akan lebih produktif dalam pekerjaannya sehari-hari dan meningkatkan hasil pertaniannya yang secara langsung akan berpengaruh terhadap kemakmuran. Sebaliknya, dengan kemakmuran, masyarakat akan semakin paham dan sadar tentang personal hygiene, sehingga akan tercipta lingkungan dan individu masyarakat pertanian yang sehat.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh jarak dan pengolahan air sumur berpengaruh kadar nitrat (NO3-) air, yaitu:
a. Terdapat pengaruh jarak sumur dari sawah terhadap kadar nitrat air sumur sebelum pengolahan.
b. Tidak ada pengaruh jarak sumur dari lahan sawah terhadap kadar nitrat air bersih asal sumur hasil olah.
c. Pengaruh pengolahan air terhadap kadar nitrat air hasil olah.
d. Pengaruh interaksi jarak dan pengolahan air sumur terhadap kadar nitrat air bersih hasil olah.
2. Tidak ada pengaruh jarak sumur dari sawah dan pengolahan air asal sumur terhadap kadar nitrat (NO3-) darah penduduk (post).

SaranSaran yang dapat diberikan kepada peneliti lain adalah: (1)Perlu penelitian yang lebih mendalam untuk mengkaji dan menganalisis sumber dan cara pencemaran nitrat, (2)Perlu penelitian penetapan jenis dan jumlah aman pupuk nitrat yang digunakan untuk budidaya tanaman padi, (3)Perlu adanya penelitian batas aman kadar nitrat darah khusus untuk orang Indonesia. Standar yang ada hanya berasal dari WHO, yaitu 100μg/l, (4)Perlu penelitian untuk bangunan sumur yang ideal sebagai sumber air minum dikawasan pertanian, termasuk jarak yang ideal untuk mencegah kontaminasi nitrat khususnya di wilayah pertanian Indonesia.
Sedangkan saran yang dapat diberikan untuk instansi dan dinas terkait adalah: (1)Perlu dilakukan penyuluhan yang sesuai dengan kemampuan masyarakat untuk dapat memahami gejala keracunan dan cara pencegahannya. (2)Memberikan masukan kepada dinas dan instansi terkait lainnya agar dapat mengatasi masalah pencemaran air oleh nitrat yang berasal dari pupuk, (3)Penerapan manajemen pengendalian pencemaran nitrat pada air minum penduduk kawasan pertanian, yang direkomendasikan dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA



  • Achmadi, UF., 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.


  • EPA, dalam Argonne National Laboratory, EVS, 2005. Nitrate and Nitrite, Human Health Fact Sheet, August 2005, tersedia di: (www.epa.gov), diakses pada: 5 Agustus 2007.


  • Gasperzs, V., 1995. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan, Tarsito, Bandung.


  • Glanville, T., 1993. Good Wells For Save Water, Iowa State University, tersedia di: (www.extension.iastate.edu), diakses pada: 7 Agustus 2007.


  • Halwani et all., 1999. Nitrate contamination of the groundwaterof the Akkar Plain in Northern, Lebanon, Universite Libanaise.


  • Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990, Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.


  • Purnomo, W., 2002. Hand Out & Bahan Kuliah, Statisika & Statistika Manajemen, Unair, Tidak Diterbitkan.

2 comments:

Unknown said...

Artikelnya bagus dan membantu banget. Makasih buat postingannya tentang penelitian air sumur.

Tommy said...

Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management

OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical