Saturday, October 6, 2007

Pencemaran Udara oleh Hidrokarbon; Adistya Prameswari., S.Pi., M.Kes

I. PENDAHULUAN

I.1 Pencemaran Udara

Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah mengalami pencemaran/ terpolusi (Soedomo 2001).

Akibat aktifitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Polusi udara di kebanyakan kota di Asia Tenggara dan China memiliki peringkat teratas sebagai penyebab kematian dari 500.000 orang setiap tahun, kata Michal Krzyzanowski, seorang spesialis kualitas udara pada Pusat Lingkungan WHO Eropa, di Bonn, Jerman (www.euro.who.int, 2006)

Menurut WHO di seluruh dunia, polusi udara menyebabkan kematian 800.000 orang setiap tahun. Berdasarkan studi Bank Dunia tahun 1994, pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita seluruh Indonesia dan 6% bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia. Jakarta sendiri adalah kota dengan kualitas terburuk ketiga di dunia (www.euro.who.int, 2006).

I.2 Jenis Pencemar Udara

Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termasuk ozon.

Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat. Kendaraan bermotor menghasilkan gas CO, Nox, HC, SO2 dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan ke dalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter-parameter penting akibat aktivitas ini adalah CO, Partikulat, Nox, HC, Pb dan Sox (Fardiaz, 1992).

Klasifikasi bahan pencemar udara menurut Mukono (2000), dibagi menjadi dua bagian, dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 1. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

I.3 Dampak Pencemaran Udara

Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antar individu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar dibandingkan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih aktif dan dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar (Soedomo, 2001).

Tabel 1 Dampak pencemaran udara berupa gas

NO

BAHAN PENCEMAR

SUMBER

DAMPAK/AKIBAT PADA INDIVIDU/MASYARAKAT

1.

Sulfur Dioksida (SO2)

Batu bara atau bahan bakar minyak yang mengandung Sulfur.

Pembakaran limbah pertanah.

Proses dalam industri.

Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak nafas.

2.

Hidrogen Sulfa (H2S)

Dari kawah gunung yang masih aktif.

Menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak indera penciuman (nervus olfactory)

3.

Nitrogen Oksida (N2O)

Nitrogen Monoksida (NO)

Nitrogen Dioksida (NO2)

Berbagai jenis pembakaran.

Gas buang kendaran bermotor.

Peledak, pabrik pupuk.

Menggangu sistem pernapasan.

Melemahkan sistem pernapasan paru dan saluran nafas sehingga paru mudah terserang infeksi.

4.

Amoniak (NH3)

Proses Industri

Menimbulkan bau yang tidak sedap/menyengat.

Menyebabkan sistem pernapasan, Bronchitis, merusak indera penciuman.

5.

Karbon Dioksida (CO2)Karbon Monoksida (CO)Hidrokarbon

Semua hasil pembakaran.Proses Industri

.

Menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh akaibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian.

Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.

I.4 Sumber Pencemaran Udara

Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (Nox), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% Nox, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas (www.liputan6.com, 2004).

Menurut penelitian Jakarta Urban Development Project”, konsentrasi timbal di Jakarta akan mencapai 1,7-3,5 mikrogram/meter kubik (ìg/m3) pada tahun 2000. Menurut Bapedalda Bandung, konsentrasi hidrokarbon mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999: 0,24 ppm), Nox mencapai 0,076 ppm (baku mutu: 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu: 150 mg/m3) (Soedomo, 2001).


II. HIDROKARBON

II.1. Definisi Hidrokarbon

Gas alam atau juga disebut gasolin, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana. Ia banyak ditemukan di ladang minyak dan ladang gas alam dalam jumlah besar, dan juga di dasar tambang batu bara dalam jumlah kecil.

Gas yang kaya akan metana yang tercipta dari pembusukan anaerobik bahan-bahan organik selain dari fosil, maka disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir, pembuangan kotoran, dan pupuk serta gas dalam perut/usus sapi.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-turut).

Komponen kimia utama metana adalah (CH4), yang merupakan molekul hidrokarbon yang terpendek dan teringan. Ia juga mungkin mengandung zat hidrokarbon gas yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) and butana (C4H10), selain gas-gas lain yang mengandung sulfur dalam jumlah yang berbeda-beda

Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas dan aspal.

Hidrokarbon (HC), walaupun ada berbagai nama untuk polutan ini, mulai dari "gas organik reaktif" sampai "senyawa organik yang mudah menguap", tetapi semua nama tersebut mengacu pada ribuan polutan yang terdapat dalam bensin yang tak terbakar, cairan pencuci kering, zat pelarut untuk industri, dan berbagai jenis kombinasi lain dari hidrogen dengan karbon. Banyak jenis hidrokarbon berbahaya secara sendiri-sendiri: benzene, suatu konstituen dari gasolin, misalnya, dapat menimbulkan leukemia. Jenis-jenis lain bereaksi dengan oksida-oksida nitrogen dalam cahaya matahari, dan menimbulkan asap kabut atau ozon.

Hidrokarbon dan oksidan fotokimia merupakan komponen polutan udara yang berbeda tetapi mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Hidrokarbon merupakan polutan primer karena dilepaskan ke udara secara langsung, sedangkan oksidan fotokimia berasal dari reaksi-reaksi yang melibatkan hidrokarbon baik secara langsung maupun tidak langsung. Masalah yang dihadapi karena adanya polusi hidrokarbon harus mempertimbangkan juga adanya polusi oksidan fotokimia.

II.2. Klasifikasi Hidrokarbon

Klasifikasi hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya tersusun oleh karbon dan hidrogen. Sedangkan senyawa karbon lainnya dapat dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon. Hidrokarbon masih dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: hidrokarbon alifatik, termasuk di dalamnya adalah yang berantai lurus, yang berantai cabang, dan rantai melingkar, dan kelompok kedua, hidrokarbon aromatik yang mengandung cincin atom karbon yang sangat stabil.

Hidrokarbon alifatik masih dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelipatan ikatan karbon-karbon; hidrokarbon jenuh yang mengandung ikatan tunggal karbon-karbon; dan hidrokarbon tak jenuh yang mengandung paling sedikit satu ikatan rangkap dua karbon-karbon atau ikatan rangkap tiga.

Gambar 1. Klasifikasi Hidrokarbon

Gambar 2. Derivative Hidrokarbon

Alkanes:
MethaneEthanePropaneButanePentaneHexaneHeptaneOctaneNonaneDecaneIsooctane

Alkenes:
Ethene

Alkynes:
Ethyne

Arenes:
BenzeneToluenemeta-Xylenepara-Xyleneortho-Xylene

Gambar 3. Macam bentuk Hidrokarbon

Hydrocarbon Chains

Product

Carbon Chain

Molecular Formula

Boiling
Point
Melting
Point

State

Uses

Methane

C1

CH4

-161

-182.5

Gas

Fuel, carbon black, gasoline

Ethane

C2

C2H6

-88

-183.3

Gas

Chemistry

Propane

C3

C3H8

-46

-189.7

Gas

Cigarette lighter fuel and barbecues.

Butane

C4

C4H10

-1

-138.40

Gas

Cigarette lighters fuel and barbecues.

Pentane

C5

C5H12

36.1

-129.7

Liquid

Solvents, dry cleaning, refrigerant

Hexane

C6

C6H14

68.7

-95.3

Liquid

Motor fuel

Heptane

C7

C7H16

98.4

-90.6

Liquid

Solvents

Octane

C8

C8H118

125.7

-56.8

Liquid

Solvents

Nonane

C9

C9H20

150.8

-53.5

Liquid

Solvents

Decane

C10

C10H22

174.1

-29.7

Liquid

Solvents

Kerosene

C12 - C16

200 - 315

Liquid

Diesel, heating oil, lighting/oil stove fuels.

Fuel Oil

C15 - C18

Up to 375

Liquid

Furnace oils, diesels

Lubricating Oils

C16 - C20

350 up

Liquid

Lubrication

Grease, Vaseline

C20 & up

Semisolid

Lubrication, sizing paper

Paraffin - Wax

C26 & up

Solid

Candles, match sticks, household canning

Pitch and Tar

C26 & up

Residue

Roofing, paving, rubber

Petroleum Coke

C26 & up

Residue

Fuel, carbon electrode

Tabel 4. Hydrocarbon Chains

II.3. Parameter pencemaran udara

Menurut Soedomo (2001), hidrokarbon merupakan teknologi umum yang digunakan untuk beberapa senyawa organic yang diemisikan bila bahan bakar minyak dibakar. Sumber langsung dapat berasal dari berbagai aktivitas perminyakan yang ada, seperti ladang minyak, gas bumi geothermal. Umumnya hidrokarbon terdiri atas methana, ethan dan turunan-turunan senyawa alifatik dan aromatic. Hidrokarbon dinyatakan dengan hidrokarbon total (THC).

Senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzena, toluena, ethylbenzena, dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat mutagenik dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di air maupun di darat.

a. Aktivitas yang mempengaruhi hidrokarbon

Industri pengolahan minyak dan petrokimia mengemisikan hidrokarbon dalam jumlah yang besar. Aktivitas alam sendiri juga mengemisikan hidrokarbon yang membentuk konsentrasi alami hidrokarbon di atmosfer. Sumber-sumber yang tergolong alami adalah lautan, rawa dan hutan, dimana sebagian terbesar merupakan produk metabolisme biologis.

Hidrokarbon juga merupakan pencemar utama yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dari lalu lintas di dalam perkotaan. Di beberapa kota besar, sumber ini merupakan sumber hidrokarbon yang paling dominan, sebagai pencemar primer dan yang memberikan kontribusi terbesar dalam pencemaran oksidan fotokimia.

b. Jenis efek

Hidrokarbon terutama berperan dalam atmosfer dalam pembentukan ozon dan fotooksidan lainnya, bersama-sama dengan adanya oksida nitrogen dan sinar ultra violet. Gangguan pernapasan dapat timbul akibat senyawa hidrokarbon sendiri, meliputi laryngitis, pharya dan bronchitis. Dampak fotooksidan yang terbentuk, sebenarnya lebih besar dari dampak hidrokarbon sendiri.

III. KASUS PENCEMARAN UDARA

III.1. Pencemaran Udara di Jawa Barat

Besarkah ancaman dampak pencemaran udara terhadap kesehatan pada warga kota di Jawa Barat? Sayang sekali jawabannya adalah cukup besar. Hasil uji emisi pada tahun 2003 terhadap 3.000 kendaraan bermotor berbahan bakar bensin dan solar di Kota Bandung, 53% dari 2.134 unit kendaraan berbahan bakar bensin, dan 70% dari 866 unit yang berbahan bakar solar menunjukkan, tidak memenuhi baku mutu emisi kendaraan bermotor ("Pikiran Rakyat", 12 Maret 2004). Secara umum, sekira 53% dari kendaraan yang diuji tidak memenuhi syarat baku mutu emisi. Kondisi tahun 2004 juga tidak terlalu berubah, di mana > 40% kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin dan solar tidak memenuhi persyaratan baku mutu emisi sumber bergerak (Kepmen LH No. 13/MENLH/3/1995).

Hal inilah yang menyebabkan kota-kota di Jawa Barat dengan kepadatan kendaraan bermotor tinggi kualitas udaranya termasuk buruk. Misalnya Kota Bandung dalam kurun waktu satu tahun hanya tercatat 55 hari yang tergolong sehat. Kualitas udara yang buruk ini juga dikuatkan dengan adanya kecenderungan konsentrasi hidrokarbon (HC) yang meningkat di atas ambang batas hingga 4-8 kali dari konsentrasi ambang batas baku mutu udara ambien (160 mg/m3/3jam) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999. Tingginya konsentrasi HC di udara menunjukkan kontribusi emisi pembakaran bahan bakar yang besar.

Selain ancaman timbal dan hidrokarbon, pencemaran udara dalam bentuk hujan asam juga perlu memperoleh perhatian yang sungguh-sungguh. Catatan BPLHD Jawa Barat menunjukkan bahwa, pH air hujan di Kota Bandung hingga tahun 1997 masih bersifat netral (pH bervariasi 6-7). Tahun berikutnya terus menurun hingga mencapai pH 3 (sangat asam) pada 2000. Dengan pertimbangan tidak adanya perbaikan signifikan dalam pola pengelolaan sistem transportasi dan industri serta makin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, maka pencemaran udara dalam bentuk hujan asam diperkirakan lebih tinggi daripada yang terjadi pada tahun 2000.

Hujan asam menimbulkan dampak korosif pada material bangunan. Pengasaman tanah akan berakibat larutnya (Al3+) aluminium dan logam-logam berat lain di dalam tanah yang selanjutnya terbawa ke badan-badan air dan menyebabkan keracunan dan kemusnahan biota air. Selain itu juga akan menyebabkan kandungan timbal dalam bahan baku air minum naik dan menimbulkan risiko berbagai jenis penyakit. Deposisi hujan asam pada tanaman hutan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan hingga kerusakan yang serius terhadap keanekaan hayati hutan.

III.2. Pencemaran udara di Amerika

Di Amerika, para pengemudi telah meninggalkan bensin yang mengandung timah penyebab kebanyakan polusi udara bermuatan timah begitu sempurnanya mereka menjauhi bensin itu sehingga sebagian besar pompa bensin tidak lagi menjualnya. Karena timah hampir hilang sebagai zat aditif bensin di Amerika Serikat, maka konsentrasi rata-rata zat ini dalam darah anak-anak menurun hampir setengahnya. Walaupun para pembuat bensin bermuatan timah dan zat aditif timah memperingatkan bahwa harga bahan bakar akan meningkat dan persediaan berkurang, ternyata kedua hal tersebut tidak terjadi. Para pengemudi di Amerika Serikat sekarang hampir tidak merasakan tiadanya zat bahan bakar beracun ini, walaupun mereka tahu zat tersebut pernah ada. Penurunan tingkat konsentrasi timah di atmosfer merupakan "suatu keberhasilan lingkungan terbesar", kata Michael Walsh, seorang konsultan pemerintah Cina, Swedia, Swis dan negara-negara lain.

Sesungguhnyalah, menghilangnya bensin bermuatan timah telah membantu lahirnya suatu generasi baru bahan bakar berwawasan lingkungan yang lebih bersih lagi di pasaran. Bensin jenis-jenis baru ini telah diformulasi ulang untuk menghilangkan sampai 90% zat benzene dan kandungan yang beracun lainnya, sehingga tingkat pencemaran udara di banyak kota di AS menurun sampai 15 persen dalam kurun waktu satu tahun setelah diberlakukan penjualan yang dianjurkan. Tapi keberhasilan ini tidak terbatas pada program-program penggantian jenis bahan bakar saja.

III.3. Pencemaran udara Jepang

Di Jepang, teknologi pengurangan polusi seperti "penggosok" cerobong asap yaitu perangkat yang dapat menghilangkan sampai 95% pencemaran gas sulfur dari gas cerobong asap dipasang pada pembangkit tenaga listrik di seluruh negeri. Perangkat ini mengurangi pengeluaran sulfur dioksida suatu polutan yang tercipta ketika terjadi pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur seperti batubara dan minyak sampai hampir 40 persen antara tahun 1974 dan 1983, walaupun pada saat itu terjadi peningkatan ekonomi yang tajam. Di Prancis, emisi sulfur dioksida secara nasional turun sampai kira-kira 75 persen setelah jenis-jenis bahan bakar itu digantikan oleh tenaga nuklir.

Tentu saja tidak semua negara mau menggunakan pembangkit tenaga nuklir, seperti juga banyak negara tidak mau menambahkan pemasangan perangkat pengendali polusi. Apa yang sesuai bagi satu kota atau negara mungkin tidak sesuai bagi yang lain. Walaupun demikian, semakin lama semakin beragam jalan keluar yang tersedia bagi bermacam-macam masalah, yang berhasil baik di bidang-bidang tertentu, walau tidak semua.

III.4. Pencemaran Air oleh Hidrokarbon

Jauh sebelumnya tercatat telah beberapa kali terjadi kasus tumpahan minyak di perairan Indonesia yang menyebabkan pencemaran pada air laut. Akibat hal ini dapat mengganggu kehidupan biota laut, terutama pada ikan. Bukan hanya itu, ikan yang telah terkontaminasi minyak bumi jika dikonsumsi akan berakibat fatal pada kesehatan, seperti timbulnya gejala pusing dan mual.

Senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi berupa benzena, toluena, ethylbenzena, dan isomer xylena, dikenal sebagai BTEX, merupakan komponen utama dalam minyak bumi, bersifat mutagenik dan karsinogenik pada manusia. Senyawa ini bersifat rekalsitran, yang artinya sulit mengalami perombakan di alam, baik di air maupun di darat, sehingga hal ini dapat mengalami proses biomagnition pada ikan ataupun pada biota laut yang lain.

Bila senyawa aromatik tersebut masuk ke dalam darah, akan diserap oleh jaringan lemak dan mengalami oksidasi dalam hati membentuk phenol, kemudian pada proses berikutnya terjadi reaksi konjugasi membentuk senyawa glucuride yang larut dalam air, kemudian masuk ke ginjal.

Senyawa antara yang terbentuk adalah epoksida benzena yang beracun dan dapat menyebabkan gangguan serta kerusakan pada tulang sumsum. Keracunan yang kronis menimbulkan kelainan pada darah, termasuk menurunnya sel darah putih, zat beku darah, dan sel darah merah yang menyebabkan anemia. Kejadian ini akan merangsang timbulnya preleukemia, kemudian leukemia, yang pada akhirnya menyebabkan kanker. Dampak lain adalah menyebabkan iritasi pada kulit.

Komponen minyak tidak larut di dalam air akan mengapung pada permukaan air laut yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Hal ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di perairan.

Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh terhadap reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan yang berakibat menurunnya devisa negara. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Proses ini merupakan penyebab terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di wilayah tercemar.

IV. PENGENDALIAN HIDROKARBON

IV.1. Mitigasi Dampak Hidrokarbon

Terdapat empat strategi dalam mitigasi dampak hidrokarbon :

1. Kontrol emisi kendaraan bermotor, hal ini dapat dilakukan secara periodik. Jakarta mulai memberlakukan sistem kontrol emisi gas buang kendaraan bermotor per Januari 2006. Diharapkan stiker lulus uji emisi ini akan menjadi syarat pengurusan STNK. Pengujian emisi itu dilakukan dengan cara memasukkan selang pada lubang knalpot dan alat akan mencetak hasil pengukuran. Sementara agar sebuah kendaraan dapat lulus uji emisi dikeluarkan standar baku mutu. Untuk bahan bakar bensin dengan sistem karburator dan sistem injeksi, zat yang akan diukur adalah kadar karbonmonoksida dan hidro karbon. Sedangkan bahan bakar solar berdasarkan persentase opasitas.

Gambar 3. Uji Emisi

2. Kontrol emisi sumber stasioner seperti kilang minyak, petrokimia dengan menggunakan metode kondensasi, evaporasi, insenerasi, absorpsi dan subsitusi.

3. Penghindaran reseptor dari daerah yang tercemar.

4. Kontrol lingkungan (Controlled environment). Ada beberapa macam teknik yang telah digunakan untuk mengontrol emisi hidrokarbon dari sumbernya, yaitu insinerasi, adsorbsi, absorbsi dan kondensasi. Dua macam alat insinerasi telah digunakan. Yang pertama menggunakan api untuk osdiasi lengkap hidrokarbon menjadi CO2 dan air, dimana efisiensi penghilangan hidrokarabon sangat tinggi. Alat yang kedua menggunakan katalis sehingga oksidasi hidrokarbon lengkap dapat terjadi pada suhu rendah daripada dalam alat pertama. Tetapi masalah yang mungkin timbul adalah keracunan katalis. Metode adsorbsi, gas buangan dilalukan pada bed yang terdiri dari adsorber granula terbuat dari karbon aktif. Pada metode absorbsi cara yang dilakukan hampir sama dengan metode adsorbsi, hanya bedanya gas-gas buangan mengalami kontak dengan cairan dimana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi. Metode kondensasi dilakukan dengan prinsip pada suhu yang rendah gas hidrokarbaon akan mengalami kondensasi menjadi cairan. Gas-gas dilalukan melewati permukaan bersuhu rendah, dan cairan hidrokarbon yang terkondensasi tetap tertinggal dan dapat dikumpulkan.

IV.2 Alternatif Bahan Bakar

Alternatif mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan menggunakan energi sinar matahari dan juga minyak-minyak sayuran (nabati). Antara lain dengan menggunakan:

1. Minyak kelapa sawit Ternyata sumber hidrokarbon bisa didapat dalam minyak kelapa sawit atau biji-bijian yang lain.Padanya terdapat struktur trigliserida yang serupa dengan hidrokarbon minyak bumi, yang memungkinkan digunakan untuk mensubstitusi minyak bumi. Peran teknologi katalis sangat vital pada tahap ini karena mengubah struktur trigliserida menjadi produk yang saat ini disuplai oleh minyak bumi memerlukan katalis yang tepat. Turunan gliserida yang dapat menggantikan bahan yang disuplai dari minyak bumi ialah bahan baker (solar dan bensin) dan bahan baku petrokimia.

Gambar 4. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

2. Tumbuhan jarak

Gambar 5. Jarak (Ricinus communis Linn.)

3. Kedelai. Sekelompok peneliti dari Universitas Tasmania, Australia, mengklaim telah berhasil menciptakan sebuah mesin yang dapat digerakkan dengan bahan bakar diesel bercampur hidrogen. Menurut para penciptanya, jika 30 persen hidrogen ditambahkan ke dalam mesin pembakaran, hasilnya adalah pengurangan sekitar 70 persen karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon.

Gambar 6. Kedelai (Glycine max)

Kelebihan menggunakan bahan bakar alternatif ini adalah:

1. Melakukan penghematan, karena per liter lebih murah dibanding bahan bakar pada umumnya.

2. Memiliki nilai tambah bagi Indonesia.

3. Ramah lingkungan, karena tidak akan menghasilkan gas-gas Hidrokarbon.